Senin, 09 Oktober 2017
Dan Pada Akhirnya Aku Harus Ikhlas Melepaskan mu
Tuhan rupanya mengabulkan keinginanku untuk bertemu denganmu. Bertemu denganmu secara nyata adalah hal yang kuinginkan. Akhirnya bisa kulihat wajahmu lagi, akhirnya bisa kudapatkan lagi pelukan hangatmu. Dan ya akhirnya kita saling bertatap, saling mendekap dan saling berbicara lagi setelah sekian lama kita bungkam. Rasa senang, rindu bahkan sedih bercampur menjadi satu. Skenario Allah pun berjalan sesuai kehendak-NYA. Allah mempertemukan kita pasti selalu dengan sebab. Selalu ada tujuan disetiap pertemuan. Masih bisa kurasakan dalamnya rindumu padaku, ah ternyata kau pun merindukanku selama ini. Tapi aku berpikir kembali dan merenungkan semua tentang ini saat kamu berlalu pergi. Kubertanya pada diriku sendiri, apakah aku masih menginginkanmu atau hanya merindukan semua kebiasan kita waktu dulu. Kutanyakan pada diriku sendiri, apa yang sebenarnya kuinginkan dalam hati dan juga hidupku. Lalu kuingat bagaimana cerita saat kita berpisah, ya rasa sakit yang kau berikan pada hatiku memang belum sembuh betul tapi aku masih bisa merasakan bagaimana tiba-tiba kau menendangku keluar dari hati bahkan hidupmu. Kuingat perjuanganku menjadi seperti yang kamu mau dan harapkan, tapi aku pun teringat kalau saat itu aku berjuang sendirian. Kau mungkin berjuang juga tapi kau tak lebih keras berjuang mempertahankan sebuah kata “kita” diantara kita. Kau menyerah dengan semuanya, kau pun sudah lelah menghadapi semua saat aku masih berusaha keras mempertahankan kita dan masih berusaha mati-matian memperjuangkan kamu untuk terus berada dalam hati dan kehidupanku.Aku menyakiti diriku sendiri untuk yang kesekian kalinya. Aku membuat mataku kembali berair karena ulahku sendiri. Betapa bodohnya kan? Mataku masih saja tak bisa melihat kata tidak yang sudah diberikan oleh Allah. Masih saja dengan bodohnya berharap kalau kau pun masih menyimpan rasa bahkan masih menyayangiku. Yang perlu kusadarkan adalah diriku sendiri, yang masih mampu menyimpan rindu untukmu walaupun aku pun tau Allah tak setuju dengan ini. Sang hati memang masih ngotot untuk terus menerus menyimpan rasa untukmu, tentu saja bukan rasa biasa tapi kamu pun tau bahwa rasa yang masih disimpan sang hati adalah rasa cinta dan rasa sayangku padamu. Aku tau ini semuanya salah, aku masih saja berharap akan hadirmu dan masih saja berharap semua akan kembali menjadi kita seperti sedia kala. Tapi sudah kusadarkan diriku, sudah kutraining ulang sang hati untuk menerima semuanya. Dan sudah kuputuskan untuk meninggalkan semua kenanganmu disini saja. Mengikhlaskanmu pun sudah seharusnya memang kulewati. Sedihku, lukaku bahkan bahagiaku tentangmu akan berakhir disini. Tak ada lagi kita diantara kita, yang ada hanyalah aku dan kamu yang tak akan mungkin menjadi kita bila Allah tak mengijinkan.Lelah yang kubuat sendiri rasanya tak pantas untuk kukeluhkan. Aku saja yang terlalu memikirkan semua tentangmu. Tapi aku bersyukur masih bisa merasakan rindu padamu, walaupun aku tau mungkin ini akan menyakiti diriku sendiri setidaknya aku pernah merasakan sakitnya merindukanmu yang sudah membuat sang hati sangat sesak. Mengingatmu bagiku sebuah proses untuk menyadari dan mengikhlaskan kepergianmu. Karena aku tak mungkin melupakanmu, yang bisa kulakukan adalah menutup kisah kita dan selalu berusaha untuk mengikhlaskanmu. Iya mengikhlaskanmu pergi dan mengikhlaskanmu untuk berjalan ke jalan yang kamu pilih.Sangat susah memang karena semua bayangmu seakan-akan terus mengikutiku tapi aku yakin semuanya akan kembali berjalan baik. Semua ini adalah proses sang hati dan diri untuk menyesuaikan diri dengan keadaan yang amburadul selama ini. Kunikmati semua proses mengikhlaskanmu, dan kamu tak akan pernah tau bagaimana jatuh bangunnya aku saat semua rasa sayang, rindu bahkan cintaku padamu menghadangku secara bersamaan. Aku tau semuanya akan dan pasti meninggalkan rasa sakit tapi ya itu memang proses yang harus kujalani untuk merelakanmu.
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar